Collectie : KITLV
Bescrijving :Countroleur van Siantar en Toen Maroeboen Tanoh Djawa Radja Ihoet Sinaga (Rechts) bij een auto in de Batak Landen
Bijzonderheden : 23 Datering Opname, 1937-1941
Datum : 1945
Collektiy : Voorhoeve, Dr P / Barchem
Toean Radja Ihoet Sinaga (1879 s/d 1997)
Beliau wafat usia 118 tahun kurang 2 bulan,
foto ini diambil tahun 1988
Toean Kaliamta Sinaga (1912/berkacamata) dan adiknya Toean Mangipoek Sinaga (5-10-1924) adalah putra dari Toean Radja Ihoet Sinaga, keduanya masih ada sampai saat ini
(Alm) Prof DR dr Usul Sinaga bin Toean Kaliamta Sinaga bin Toean Radja Ihoet Sinaga dan istri (br Sitompul baju biru), sedang mengiring pengantin
Pernikahan eonesinaga (M Nur Irwansyah Sinaga bin Toean Mangipoek Sinaga bin Toean Radja Ihoet Sinaga) dgn pakaian Adat Simalungun di dampingi oleh kedua orang tua.
Kamis, 25 November 2010
Senin, 22 November 2010
Partoeanon Nagori Bayoe
Kerajaan Tanoh Djawa merupakan salah satu bagian kerajaan maroppat di kabupaten simalungun, pada awalnya wilayah kerajaan tanoh djawa berbatas dengan bah lombut dengan Andorasih menyusur sampai Parapat.
Toean Sang Barani Sinaga yang merupakan anak pertama dari Toean Joentaboelan Sinaga (Radja ke 2) dari Poeang Bolon br Damanik, memiliki semangat yang besar untuk memperluas wilayah kerajaan Tanoh Djawa hingga tecapailah Bah silotuhah menjadi perbatasan Asahan dengan Tanoh Djawa dan wilayah yang diperluas oleh Toean Sang Barani disebut dengan Nagori Bayu, dan Toean Sang Barani dinobatkan sebagai Partoeanon (partongah) di Nagori Bayu (Wilayah yang Baru),
Toean Sang Barani meperluas Partoeanon-Partoeanon lainnya seiring bertambahnya pendatang dan berkembangnya keturunan-keturunannya.
Sumber lain ada juga yang mengatakan bahwa Toean Sang Barani merupakan Anak pertama dari Toean Ramadjadi, dimana anak Toean Ramadjadi ada tiga yaitu Toean Sang Barani, Toean Sanggaidin dan Toean Sangorgalawan.
Pada awalnya sebagai anak" paitongah", Toean Sanggaidin berkeinginan untuk membuka wilayah kekuasaan yg baru yaitu dengan memperluas wilayah kearah timur, Toean Sanggaidin meninggal saat memanjat pohon untuk melakukan pemantauan dimana ketika toean Sanggaidin diatas pohon ternyata diintai suruhan dari Asahan dan ditombak dari bawah dengan bambu, maka toean Sanggaidin wafat.
Mendengar berita wafatnya Toean Sanggaidin maka abangnya Toean Sang Barani rela meninggalkan Rumah Bolon Tanoh Djawa dan menitipkannya kepada adiknya Toean Sangorgalawan, lalu Toean Sang Barani melanjutkan perjuangan Toean Sanggaidin melawan Sultan Asahan, hingga tercapai sebuah kesepakatan perbatasan wilayah, dimana sungai Bah silotuhah menjadi batas Asahan-Tanohdjawa.
Wilayah yang berhasil direbut Toean Sang Barani disebut dengan Nagori Bayu,dan Toean Sang Barani menetap di wilayah itu dengan tujuan tetap waspada terhadap Asahan.
Hubungan Toean Nagori Bayu dengan yang memangku kerajaan di Rumah Bolon Tanoh Djawa selalu terjalin dengan akrab dan harmonis, antara abang dan adik tanpa ada ahap "marsipaetek-etekan" dari dulunya, hal itu dapat dilihat ketika saat adanya karapatan-karapatan di Rumah Bolon,bila keturunan Toean Sang Barani atau Toean Nagori Bayu (Passur) telah hadir maka Radja Tanoh Djawa akan serta merta turun dari tikkah (tahta) dan menjemput Toean Nagori Bayu untuk duduk berdampingan dengan Radja, hal itu menunjukkan bahwa keturunan keradjaan Tanoh Djawa memiliki sifat berjiwa besar dan saling menghargai serta ingat akan silsilah sejarah.
Sebagaimana diketahui Toean Ramadjadi merupakan cikal bakal keradjaan Tanohdjawa, yang memiliki anak; Toean SangBarani,Toean Sanggaidin,Toean Sangorgalawan. yang kemudian Toean Sangorgalawan menjadi Radja pertama (1) memiliki anak bernama Toean Djontabulan sebagai Radja kedua (2),anak Toean Djontabulan bernama Toean Sorgahari sebagai Radja ke tiga (3) dan kemudian dilanjutkan anaknya Toean Djintanari (Radja ke4), sebelum mangkat Toean Djintanari memiliki anak yaitu Toean Timbulmajadi,sementara Puang bolon (Puang Namartuah) menikah lagi dengan Toean Usulmajadi (Toean Maroeboen)
Nagori Bayu Toean Sang Barani Sinaga yang terlupakan, seiring berubahnya zaman demi zaman yang terlampaui,terkikisnya" ahap" disetiap jati diri generasi yang merupakan tujuan akhir dari kolonial Belanda,sehingga garis keturunan kereajaan Tanoh Djawa telah tercabik-cabik,seakan tidak tau arah sejarahnya lagi. Toean Sang Barani yang terlupakan tidak memiliki ambisi tahta dan kekuasaan,tetapi Toean Sang Barani rela berkorban dan berjuang demi hak dan harga diri, wibawa martabat kerajaan Tanoh Djawa. Ahap" Sapangambei manoktok Hitei ibas Habonaron do Bona" telah sejak dahulu kala menjadi sifat dan jiwa Toean Sang Barani dan berhaluan "ulang marsipatoru-toruan".
(Penulis, MAHDANI SINAGA adalah generasi dari Toean Nagori Bayu)
Toean Sang Barani meperluas Partoeanon-Partoeanon lainnya seiring bertambahnya pendatang dan berkembangnya keturunan-keturunannya.
Sumber lain ada juga yang mengatakan bahwa Toean Sang Barani merupakan Anak pertama dari Toean Ramadjadi, dimana anak Toean Ramadjadi ada tiga yaitu Toean Sang Barani, Toean Sanggaidin dan Toean Sangorgalawan.
Pada awalnya sebagai anak" paitongah", Toean Sanggaidin berkeinginan untuk membuka wilayah kekuasaan yg baru yaitu dengan memperluas wilayah kearah timur, Toean Sanggaidin meninggal saat memanjat pohon untuk melakukan pemantauan dimana ketika toean Sanggaidin diatas pohon ternyata diintai suruhan dari Asahan dan ditombak dari bawah dengan bambu, maka toean Sanggaidin wafat.
Mendengar berita wafatnya Toean Sanggaidin maka abangnya Toean Sang Barani rela meninggalkan Rumah Bolon Tanoh Djawa dan menitipkannya kepada adiknya Toean Sangorgalawan, lalu Toean Sang Barani melanjutkan perjuangan Toean Sanggaidin melawan Sultan Asahan, hingga tercapai sebuah kesepakatan perbatasan wilayah, dimana sungai Bah silotuhah menjadi batas Asahan-Tanohdjawa.
Wilayah yang berhasil direbut Toean Sang Barani disebut dengan Nagori Bayu,dan Toean Sang Barani menetap di wilayah itu dengan tujuan tetap waspada terhadap Asahan.
Hubungan Toean Nagori Bayu dengan yang memangku kerajaan di Rumah Bolon Tanoh Djawa selalu terjalin dengan akrab dan harmonis, antara abang dan adik tanpa ada ahap "marsipaetek-etekan" dari dulunya, hal itu dapat dilihat ketika saat adanya karapatan-karapatan di Rumah Bolon,bila keturunan Toean Sang Barani atau Toean Nagori Bayu (Passur) telah hadir maka Radja Tanoh Djawa akan serta merta turun dari tikkah (tahta) dan menjemput Toean Nagori Bayu untuk duduk berdampingan dengan Radja, hal itu menunjukkan bahwa keturunan keradjaan Tanoh Djawa memiliki sifat berjiwa besar dan saling menghargai serta ingat akan silsilah sejarah.
Sebagaimana diketahui Toean Ramadjadi merupakan cikal bakal keradjaan Tanohdjawa, yang memiliki anak; Toean SangBarani,Toean Sanggaidin,Toean Sangorgalawan. yang kemudian Toean Sangorgalawan menjadi Radja pertama (1) memiliki anak bernama Toean Djontabulan sebagai Radja kedua (2),anak Toean Djontabulan bernama Toean Sorgahari sebagai Radja ke tiga (3) dan kemudian dilanjutkan anaknya Toean Djintanari (Radja ke4), sebelum mangkat Toean Djintanari memiliki anak yaitu Toean Timbulmajadi,sementara Puang bolon (Puang Namartuah) menikah lagi dengan Toean Usulmajadi (Toean Maroeboen)
Nagori Bayu Toean Sang Barani Sinaga yang terlupakan, seiring berubahnya zaman demi zaman yang terlampaui,terkikisnya" ahap" disetiap jati diri generasi yang merupakan tujuan akhir dari kolonial Belanda,sehingga garis keturunan kereajaan Tanoh Djawa telah tercabik-cabik,seakan tidak tau arah sejarahnya lagi. Toean Sang Barani yang terlupakan tidak memiliki ambisi tahta dan kekuasaan,tetapi Toean Sang Barani rela berkorban dan berjuang demi hak dan harga diri, wibawa martabat kerajaan Tanoh Djawa. Ahap" Sapangambei manoktok Hitei ibas Habonaron do Bona" telah sejak dahulu kala menjadi sifat dan jiwa Toean Sang Barani dan berhaluan "ulang marsipatoru-toruan".
(Penulis, MAHDANI SINAGA adalah generasi dari Toean Nagori Bayu)
Langganan:
Postingan (Atom)